Masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Yaitu usia 10-18 tahun, di mana
remaja menghadapi berbagai persoalan, mulai dari belum matangnya dalam mengelola
emosi, belum bisa mengambil keputusan apabila dihadapkan pada suatu hal, sampai
pada persoalan depresi. Ketika remaja menghadapi masalah terkadang mereka
enggan menceritakan masalahnya kepada orangtua dikarenakan malu. Apalagi jika
tidak punya teman dekat untuk berbagi cerita, maka yang terjadi adalah remaja
tersebut akan merasa tertekan.
Jika tekanan itu sudah menumpuk, yang terjadi remaja
tersebut akan mengalami depresi. Ditandai dengan sering murung, suka
menyendiri, menutup diri dari orang lain. Depresi juga merupakan suatu tanda
terganggunya kesehatan mental. Dampak terburuknya dapat menimbulkan keinginan
untuk bunuh diri. Seperti kejadian beberapa waktu lalu seorang remaja berusia
15 tahun bunuh diri dengan cara gantung diri di Jakarta Timur, dan masih banyak
kasus lainnya yang serupa.
Hal ini menjadi
perhatian betapa pentingnya menjaga kesehatan mental (Mental Health). Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika
batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita
untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Terganggunya kesehatan mental dapat menyebabkan berbagai masalah di antaranya,
interaksi sosial jadi tidak baik, menurunnnya prestasi di sekolah, menurunnya
produktivitas kerja.
Peran orangtua sangatlah dibutuhkan. Orangtua harus bisa
menjadi teman bagi anak-anaknya. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak bisa
menjadi alternatif, ketika anak menghadapi masalah dia tidak segan untuk
menceritakan masalahnya kepada orangtua dan hal ini bisa mencegah anak dari
kondisi depresi. Menerapkan pola hidup sehat, mengisi waktu luang dengan hal-hal
yang positif seperti melakukan hobi bisa menjadi solusi agar terhindar dari
depresi. (Tika/Promkes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar