Jumat, 24 November 2023

Tahap-Tahap Penularan Kusta


Kabupaten Tegal merupakan kabupaten endemis kusta. Prevalensi rate-nya yang masih di atas 1 per 10 ribu penduduk. Ini artinya kusta masih menjadi masalah kesehatan di kabupaten Tegal. Angka kesakitan yang tinggi itu tidak lepas dari adanya penularan yang masih terjadi. Penularan kusta terjadi dalam beberapa tahap sebagai berikut:

1. Host terpapar dan tertular

Pada tahap ini host tertular dan terpapar. Host yang dapat tertular berasal dari kontak erat pasien kusta. Yaitu orang yang secara intensif bertemu dengan penderita kusta minimal 20 jam per minggu, berturut-turut selama minimal 3 bulan. Dari 100 orang kontak erat, 3 di antaranya terpapar dan tertular namun bisa sembuh sendiri. Dan 2 di antaranya tertular, terpapar dan membutuhkan pengobatan.

2. Host menjadi sumber penularan pada orang lain.

2% kontak erat kusta yang terpapar, tertular dan membutuhkan pengobatan harus segera diobati. Karena jika tidak, dia akan terus menularkan kepada orang lain, yaitu kontak eratnya. Pada tahap ini kita bisa memutus mata rantai penularan dengan cara mengobati host tersebut. Penderita yang sudah memulai pengobatan tidak menularkan lagi kepada orang lain. 

3. Kuman keluar dari tubuh penderita melalui saluran pernafasan atas

Saluran pernapasan atas memiliki jumlah kuman kusta yang banyak. Pada mukosa penderita kusta pernah didapati terdapat kuman kusta 10 pangkat 4 sampai 10 pangkat 7. Kuman kusta ditularkan melalui percikan ludah saat berbicara (droplet) yang masuk ke saluran pernapasan atas orang (host) lain.

5. Kuman masuk ke host 

Setelah kuman kusta masuk ke host baru, kemungkinan host ini akan tertular atau tidak tergantung dari antibodinya. Kuatnya pertahanan tubuh host ini dapat dipengaruhi intervensi kita, yaitu melalui imuniasi BCG dan kegiatan kemoprofilaksis. Penyelidikan di Malawi (1996), anak yang sudah mendapatkan imunisasi BCG terlindungi dari kusta hingga 50%, jika ditambah dosis booster BCG, dapat terlindungi hingga 80%. Kemoprofilaksis juga dapat mencegah kontak erat kusta menjadi penderita kusta sebesar 63%. (bjm/epid)

Selasa, 21 November 2023

Pentingnya Kesehatan Mental Bagi Remaja

 

        Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Yaitu usia 10-18 tahun, di mana remaja menghadapi berbagai persoalan, mulai dari belum matangnya dalam mengelola emosi, belum bisa mengambil keputusan apabila dihadapkan pada suatu hal, sampai pada persoalan depresi. Ketika remaja menghadapi masalah terkadang mereka enggan menceritakan masalahnya kepada orangtua dikarenakan malu. Apalagi jika tidak punya teman dekat untuk berbagi cerita, maka yang terjadi adalah remaja tersebut akan merasa tertekan.

       Jika tekanan itu sudah menumpuk, yang terjadi remaja tersebut akan mengalami depresi. Ditandai dengan sering murung, suka menyendiri, menutup diri dari orang lain. Depresi juga merupakan suatu tanda terganggunya kesehatan mental. Dampak terburuknya dapat menimbulkan keinginan untuk bunuh diri. Seperti kejadian beberapa waktu lalu seorang remaja berusia 15 tahun bunuh diri dengan cara gantung diri di Jakarta Timur, dan masih banyak kasus lainnya yang serupa.

Hal ini menjadi perhatian betapa pentingnya menjaga kesehatan mental (Mental Health). Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Terganggunya kesehatan mental dapat menyebabkan berbagai masalah di antaranya, interaksi sosial jadi tidak baik, menurunnnya prestasi di sekolah, menurunnya produktivitas kerja.

            Peran orangtua sangatlah dibutuhkan. Orangtua harus bisa menjadi teman bagi anak-anaknya. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak bisa menjadi alternatif, ketika anak menghadapi masalah dia tidak segan untuk menceritakan masalahnya kepada orangtua dan hal ini bisa mencegah anak dari kondisi depresi. Menerapkan pola hidup sehat, mengisi waktu luang dengan hal-hal yang positif seperti melakukan hobi bisa menjadi solusi agar terhindar dari depresi. (Tika/Promkes)

Rabu, 15 November 2023

Ayo Kendalikan Konsumsi Gula, Garam, Lemak

Kurangnya mengontrol konsumsi gula, garam, dan lemak berisiko menyebabkan penyakit tidak menular. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi kuman. Yang termasuk kategori PTM ini diantaranya adalah stroke, penyakit jantung koroner, kanker, diabetes melitus, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.


Namun masih banyak masyarakat di Indonesia yang terbiasa mengonsumsi makanan atau minuman yang manis, tinggi garam, dan juga tinggi lemak atau makanan yang digoreng. Mengonsumsi gula berlebih mengakibatkan insulin tidak mampu mengubah metabolisme gula menjadi energi sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang berisiko terjadinya kegemukan/obesitas dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.

Mengonsumsi garam berlebih akan meningkatkan jumlah natrium dalam sel dan akan mengganggu keseimbangan cairan yang dapat memengaruhi peningkatan kerja jantung dan akan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Sedangkan konsumsi lemak jenuh berlebih, berisiko terjadinya penyempitan pada pembuluh darah koroner dan dalam keadaan tertentu akan menyebabkan serangan jantung dan stroke.

Oleh karena itu, perlu kita pahami bersama untuk membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap harinya. Konsumsi gula sebaiknya tidak lebih dari 4 (empat) sendok makan atau setara 54 gram. Untuk konsumsi garam, sebaiknya tidak lebih dari 1 (satu) sendok teh atau setara 2000 miligram natrium. Sedangkan untuk lemak/minyak sebaiknya tidak lebih dari 5 (lima) sendok makan atau setara 72 gram. (estu/promkes)