KEBANGKITAN NASIONAL DI MASA PANDEMI
Oleh : Afiati
Hary K. (ASN Kabupaten Tegal)
Kebangkitan
suatu bangsa ditentukan oleh semangat bangsa itu sendiri untuk bangkit. Bangsa
Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional pada setiap tanggal 20 Mei, dikondisikan
untuk tetap menjaga semangat kebangsaan dan nasionalime. Hal ini sesuai amanah
tiga tokoh utama Budi Utomo yaitu Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo dan Ki
Hajar Dewantoro (Suwardi Suryaningrat). yaitu
telah mewadahkan semangat pergerakan Nasional melalui berdirinya Budi Utomo 20
Mei 1908. Sebagai generasi penerus, kita ingin selalu mengenang dan
mempertahankan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Berbangsa Satu Bangsa
Indonesia, Bertanah Air satu tanah air Indonesia dan Bertumpah darah satu
tumpah darah Indonesia.
Semangat Nasionalisme
Saat ini rasa nasionalisme pada masyarakat
kembali dipertanyakan, seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan situasi dan kondisi. Pemerintah dan
masyarakat saat ini berada pada posisi ekonomi yang memprihatinkan pasca
ledakan covid-19 yang pertama pada 2020 lalu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
sempat menurun pada triwulan II tahun 2020 yaitu sebesar 2,97% semenjak adanya wabah
pandemi covid pada pertengahan Maret 2020, meskipun kembali menanjak di angka
5% lebih. Sebagian masyarakat merasa sangat prihatin dengan kondisi yang
terpuruk sampai imbasnya menimbulkan resesi ekomomi. Pengangguran meningkat sebagai dampak
perusahaan yang pailit karena tidak mampu membayar tenaga kerjanya, praktis
mempengaruhi daya beli masyarakat. Sementara daya beli masyarakat merupakan
indikator utama kemampuan ekonomi suatu bangsa disamping belanja pemerintah.
Indonesia membutuhkan perjuangan keras untuk memulihkan
kondisi ekonomi yang sedang melanda saat ini. Beberapa target menjadi capaian indikator
pertumbuhan ekonomi, diantaranya meliputi Growth Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto, Growth Domestic
Happiness (GDH) atau Indeks Kebahagiaan, Growth Domestic Well-being (GDW)
atau Indeks Kebahagiaan, Ability to Pay (daya beli masyarakat), termasuk
juga tanggap darurat bencana, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi, serta ketahanan
sosial. Disamping itu berbagai kebijakan pemerintah dilancarkan untuk
mengurangi pengangguran, seperti menstimulus mendatangkan investor asing, pariwisata
sampai dengan kemudahan dalam permodalan untuk usaha. Kinerja ekonomi banyak
ditentukan dari konsumsi rumah tangga serta daya beli masyarakat. Penguatan
konsumsi rumah tangga penting guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dengan indikator
peningkatan ketahanan di bidang pangan, ekonomi juga sosial diharapkan akan
lebih terpacu melalui semangat nasionalime melalui momentum Kebangkitan
Nasional.
Jika pada zaman dahulu rakyat berjuang dengan
menggunakan bambu runcing melawan kolonial maupun pasukan Nipon/ penjajah yang
lain, perjuangan para pendahulu untuk keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), maka saat ini perjuangan bertransformasi bentuk untuk menghadapi
pemulihan ekonomi pasca resesi 2020 lalu dan reformasi nasional terdampak covid-19.
Resesi yang berpengaruh secara fundamental dan memerlukan reformasi secara
nasional. NKRI harga mati, dan kita harus secara bersama mengusung semua
program dan kebijakan pemerintah. Tidak hanya generasi muda seperti amanah
sumpah pemuda dan pergerakan nasional, sekarang bahkan semua kalangan harus menyingsingkan
lengan baju untuk memikirkan dan membantu memenuhi kebutuhan negara.
Mematuhi
Kebijakan
Berbicara masalah pertumbuhan ekonomi tidak
lepas dari pengelolaan kesehatan. Semakin tinggi angka kesakitan pada
masyarakat maka pengeluaran pemerintah semakin besar. Angka kesakitan covid
harus dibatasi, patuhi 3 M (Mencuci tangan pakai sabun, Menjaga jarak, dan
Memakai masker) yang dilanjutkan dengan 3T (Tracing,
Test dan Treatment). Kebijakan pencegahan covid-19 mewajibkan kita untuk
mengubah perilaku sebagai wujud rasa
nasionalisme, beberapa diantaranya social
distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan New Normal. Jika
kita ingin berjuang untuk Negara Kesatuan RI berarti kita harus mengubah
perilaku bermasyarakat, maskermu menjaga kesehatanku dan maskerku menjaga
kesehatanmu. Tantangan dilakukan masyarakat pedesaan yang erat dengan budaya
persaudaraan, maupun alasan estetika, masih cantik dan gantengkah dengan
maskermu, sopankah berbicara dengan tetap memakai masker.
No tracing, kebijakan larangan mudik yang tahun kemarin masih lumayan
ditaati sekarang seperti angin yang bertiup tanpa halangan. Tidak tahu karena
memendam rindu yang mendalam, melakukan dharma bakti kepada orang tua ataupun
alasan lainnya, atau karena alih-alih sudah diberi vaksin sehingga merasa kebal
seperti sebab bencana covid di India atau karena budaya abadi masyarakat yaitu
sebagai risk taker sehingga berani
menghadapi apapun risiko yang di depan mata. Masyarakat seakan tidak peduli risiko
covid sebagai silent killer karena Happy hypoksi (meninggal dengan unpredictable sebelumnya). Data terakhir tecatat dari test acak yang
dilakukan pada 6.724 pemudik, terdapat 4.123 orang yang terkonfirmasi positif
corona. Hasil yang spektakuler jumlahnya jauh melebihi rata-rata terkonfirmasi
harian di Indonesia.
Pembatasan Sosial Berskala Besar, Social distancing dan New Normal sebagaimana
disebutkan di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07.MENKES/328.2020
tentang Panduan Pencegahan Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja Perkantoran
dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi, diharapkan
merupakan supprot system pendukung pencegahan covid-19 dalam percepatan pemulihan
ekonomi dan reformasi sosial. Masyarakat
diharap mematuhi aturan pemerintah karena inilah wujud perjuangan yang
sebenarnya, sepadan dengan bambu runcing dan meninggal di medan laga bahkan
terasa lebih berat karena harus mengubah perilaku atau budaya. Masyarakat harus
memiliki tekad untuk mematuhi kebijakan pemerintah dengan mengubah perilaku
yang sehat serta lebih cerdas menelusur dan menyikapi berita simpang siur yang
menyurutkan persepsi masyarakat terhadap covid-19 (Widodo dalam Rizkinaswara, 2020).
Aksi
Perjuangan
Menaati kebijakan pemerintah untuk menjaga
kesehatan melalui New Normal bukan berarti mematikan perekonomian seperti
pendapat yang beredar di masyarakat. Sering kita salah mengartikan bahwa ini
merupakan titik awal kurangnya penghasilan pada masyarakat. Tidak semua
masyarakat dapat bertahan di masa resesi ekonomi bangsa ini. Sejatinya kita
hanya perlu mengubah bidang pekerjaan saja. Bagi masyarakat yang masih memiliki
penghasilan dapat berhemat dan dapat mengikuti kursus atau pelatihan online
atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saat ini pekerja
harus menyesuaikan metoda sesuai era disrupsi (digital), karena revolusi
industri 4.0 menuntut Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Munculnya
kecerdasan tiruan menambah persaingan tenaga kerja sehingga merupakan cambuk
bagi kita untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilan sebagai
kelebihan yang patut diperhitungkan ketika harus dibandingkan dengan mesin (Robandi,
2019). Adapun pada masyarakat yang sama
sekali tidak berpenghasilan ataupun
tabungannya sudah habis, harus lebih kreatif mencari lapangan pekerjaan yang uptodate (jasa online atau bisnis degrowth yang membumi seperti tanaman hias atau bernilai ekonomi
maupun bisnis kuliner yang tidak mengenal mati (Ginting, 2020). Ketahanan
ekonomi dicapai dengan (berkebun dan bertani untuk mencukupi kebutuhan rumah
tangga sendiri. Sektor pertanian tumbuh mencapai 16% selama masa pandemik
(Masduki, 2020), terbukti banyak masyarakat menanam dan membudidayakan tanaman
pangan, bahkan masyarakat perumahan sebagian mengganti jenis tanaman dengan
tanaman yang dapat dikonsumsi.
Masyarakat juga perlu untuk mengupayakan;
ketahanan pangan, ekonomi dan sosial lingkungan sekitar sesuai amanah persatuan.
Ketika ada saudara yang kekurangan adalah kewajiban kita untuk berbagi pada
sesama. Pemberian bantuan dan donasi muncul sebagai empati untuk menolong
masyarakat yang kurang beruntung dan terhimpit ekonominya. Bersyukur bahwa
sudah banyak masyarakat yang mengulurkan bantuan, pembagian bahan makanan
disalurkan pada daerah-daerah minus di sekitar. Hal ini merupakan kekuatan
persaudaraan dan kebangsaan Indonesia, pada saat rasa care sudah mulai menipis di masa modern seperti sekarang, menjadi tumbuh
subur lagi dengan adanya pandemi covid-19 pada masyarakat.
Sungguh
beragam upaya perjuangan di masa pandemik, keberhasilan di semua bidang
merupakan tolok ukur masih adanya semangat kebangsaan dalam diri kita, terbukti
dapat lolos dari banyak masalah yang
menguji persatuan. Banyak tanggung jawab kita bagi negara dan masyarakat untuk
dapat tetap berpartisipasi meningkatkan semua sektor pembangunan, termasuk perekonomian
yang sempat mengalami kontraksi ekonomi (pertumbuhan ekonomi negatif) pada
tahun lalu. Prinsipnya, tidak ada kegiatan positif yang tidak bermanfaat. Disadari
maupun tidak disadari pandemi sudah memberikan sisi positif dalam kehidupan
baik untuk kebutuhan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat juga berbangsa. Jangan dikira kegiatan sederhana kita di rumah
bukan merupakan perjuangan Kebangkitan Nasional. Jadi kita dapat berperan di bidang
penguatan ekonomi domestik dan mempertahankan kesehatan. Penguatan ekonomi
domestik merupakan kunci utama untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional
yang terdampak pandemik covid-19.
Telah dimuat di Website Pemda Kabupaten Tegal
Materi Ekonomi Kesehatan, Perubahan Perilaku dan Psikologi